08 Mei 2009




DI SUATU LEBARAN

Hari raya idul fitri telah tiba. Sejak pagi-pagi sekali, semua orang sibuk mempersiapkan pesta menyambut lebaran. Kota Madinah dipenuhi dengan suasana gembira. Waktu pelaksanaan sholat Id semakin dekat saja. Tua muda dengan pakaian terbaru mereka pergi menuju lapangan. Anak-anak turut beserta orang tua mereka, bermain dan bercanda ditempat agak jauh dari orang dewasa. Suasana disekitar lapangansemakin semarak dengan aroma wewangian yang melenakan dari pakaian yang melambai-lambai serta sapu tangan yang berkibar-kibarditimpa riuh-rendah suara anak-anak yang tiada henti.
Usai sholat Id anak-anak tampak sibuk mengucapkan selamat lebaran. Ketika Rasulullah hendak pulang, beliau melihat seorang bocah bertubuh kurus memekai baju compang-camping, duduk sendirian di salah satu sudutlapangan sembari melelehkan air mata.
Hati nurani beliau tersentuh. Dan beliau pun berjalan menghampiri anak tersebut, dengan penuh kasih sayang mengusap pundaknya dan bertanya, “mangapa menangis, nak?”
Si anak dengan marah menyingkirkan tangan Rasulullah dan berkata, “ Tinggalkan aku sendiri! Aku sedang berdo’a.”
Rasulullah membelai rambut bocah itu dan dengan suara yang penuh dengan kelembutan, beliau bertanya kembali , “ Katakan padaku,nak! Apa yang terjadi padamu ?”
Bocah itu menyembunyikan wajah diantara kedua lututnya, lalu berkata, “ Ayahku terbunuh dalam peperangan melawan Muhammad. Ibuku sudah menikah lagi dengan orang lain. Harta benda milikku dijarah orang. Aku hidup bersama ibuku, tetapi suaminya yang baru telah mengusirku pergi. Hari ini semua anak-anak sebayaku bercanda dan menari-nari dengan mengenakan pakaian barunya, tetapi diriku ? aku tidak punya makanan yang aku makan dan tidak ada atap yang bisa melindungiku”.
Air mata mulai meleleh dari pelupuk mata Rasulullah saw. Tetapi beliau tetap mencoba untuk tetap tersenyum sembari bertanya, “ jangan bersedih anakku ! Aku juga kehilangan ayah dan ibuku saat aku masih kecil”.
Si Anak menengadahkan kepalanya dan menatap Rasulullah saw. Ia segera mengenali wajah itu dan iapun merasa sangat malu. Dengan nada penuh kasih sayang Rasulullah berkata , “ Jika aku menjadi ayahmu dan ‘Aisyah menjadi ibumu dan Fatimah menjadi saudaramu, apakah kamu akan merasa bahagia, anakku?”
Sianak mengangguk pertanda setuju. Rasulullah segera menggandeng tangan anak itu dan membawanya kerumah beliau. Sampai dirumah beliau memanggil ‘Aisyah , “ Terimalah anak ini sebagai anakmu”.
Aisyah memandikan anak itu dengan tangannya sendiri dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang,dan memakaikannya pakaian. Seteh itu Aisyah berkata, “Sekarang pergilah nak. Kamu bisa bermain-main dengan temanmu, dan bila sudah kau rasa cukup,pulanglah.”
Si anak kembali ke lapangan seraya melompat-lompat kegirangan. Teman-teman sebayanya keheranan melihat perubahan secara tiba-tiba pada diri anak itu. Mereka menghampirinya dan menanyakan apa yang dia alami. Si anak malang itu menceriterakan semua peristiwa yang barusan dialaminya bersama Nabi.
Mendengar ceritanya,salahseorang temannya berkata dengan wajah cemberut, “Alangkah bahagianya bila hari ini ayah-ayah kita telah meninggal seperti ayahnya.”



Dalam kehidupan sehari-hari sering kita saksikan pemandangan yang serupa itu. Biasanya yang muncul di hati ini adalah perasaan kasihan. Namun sudahkah kita mencoba mengenali bisikan nurani kita dibalik perasaan kasihan itu? Tidakkah kita mau mendengar hati nurani kita dengan lebih sunguh-sungguh. Apa yang sedang dibisikkannya? Hati nurani ini mendorong kita melakukan apa?”Berbelas kasihlah ...” Dan pada saat hati nurani tak didengarkan, maka lepaslah momentum beramal utama.
Rasul tidak hanya merasakan kasihan. Tapi juga mendengarkan bisikan nuraninya dengan melakukan suatu amal nyata. Sikap beliau yang penuh dengan kelembutan dan kasih sayang kepada sang anak adalah sikap yang terpancar dari berfungsinya hati nurani. Sang anakpun terobati kesedihan hatinya. Apa yang datang dari hati juga akan menyentuh hati.


Kami, para pengelola Dakwah Centre Hidayatullah Polonia mencoba menghidupkan dal melatih kepekaan ruhani itu dengan menampung anak - anak yang kurang mampu untuk di didik di sebuah kampus islami seluas 2 ha di Polonia Medan. Kami tentunya mengajak semua pembaca situs blog ini untuk turut ambil bagian mengentaskan kemiskinan, miskin ilmu , miskin wawasan, miskin ruhani, dan miskin materi. Ingin bergabung ? hubungi : 081346320765 atau anda bisaberkunjung langsung ketempat kami ( alamat ada pada dasbord situs blog ini )

Tidak ada komentar: